Bintang tenis Coco Gauff mendesain dan merilis sepatu khas baru

Dalam kebangkitannya yang memukau dari petenis ajaib menjadi bintang global, Coco Gauff telah meraih gelar superlatif. Pada usia 13 tahun, dia adalah pemain termuda yang pernah mencapai final putri AS Terbuka. Pada usia 15 tahun, dia menjadi petenis kualifikasi termuda di Wimbledon dalam sejarah modern, di mana dia mengalahkan Venus Williams.

Sekarang berusia 18 tahun, Gauff saat ini menduduki peringkat No. 1 di ganda dan No. 12 di tunggal, dan menjadi pemain 50 besar termuda di dunia.

Tapi Gauff sama-sama mengesankan di luar lapangan. Dia menyalurkan ketenarannya yang luar biasa untuk kebaikan sosial, mulai dari mendukung kampung halamannya yang kecil di Florida hingga berbicara dengan kuat di acara Black Lives Matter. Dia adalah panutan, pengusaha, dan pemberi pengaruh fesyen yang bijaksana — semuanya dipamerkan dengan peluncuran sepatu tanda tangan barunya tepat sebelum penampilannya di AS Terbuka.

Sepatu Coco CG1 yang terinspirasi tahun 90-an adalah tonggak penting dalam karir muda Gauff, menempatkannya di antara atlet elit yang memiliki sepatu kets sendiri. Saat masih duduk di bangku SMA, Gauff bekerja sama dengan New Balance untuk mendesain sepatu mid-top yang tampak vintage dengan warna-warna cerah dan motif pribadi yang terinspirasi dari kehidupannya.

“Saya sangat senang semua orang akhirnya melihatnya,” kata Gauff. “Saya tidak berpikir itu mengejutkan saya betapa monumentalnya momen ini. Sungguh tidak nyata melihat orang-orang memakai sepatu khas saya.”

Selama dua tahun, Gauff melakukan rapat desain di antara pelatihan, pekerjaan rumah, dan perjalanan dengan bantuan alat teknologinya. Menjadi mitra Microsoft sejak 2019, dia menggunakan laptop Surface-nya untuk beralih dari menghadiri kelas online menjadi melihat data pelatihan menjadi menerima panggilan bisnis.

Melalui panggilan video di Microsoft Teams, dia dapat membagikan mood board warna-warni, melihat sepatu terbentuk, dan berkolaborasi penuh dalam proses desain meskipun dia bekerja di Florida selama pandemi dan tim desainer berada di Boston.

Untuk memulai, grup tersebut mengadakan rapat Tim besar yang diproyeksikan Gauff di layar lebar di bar olahraga milik ayahnya. Teknologi tersebut memungkinkannya untuk melihat warna, bahan, dan foto fesyen yang menginspirasi, serta mengajukan pertanyaan dan memberikan umpan balik.

Sumber: Regend News

Published by Geby Angela

I am an English article writer. Loves to find out something new, and I love to share it. I understand that sharing will bring goodness to all. And that becomes my spirit to keep working.

Design a site like this with WordPress.com
Get started